Monday 28 November 2011

.:: Amalan Hati Yang Bersih ::.

سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِاارَّحِيم


Assalamualaikum w.b.t.





Imam Ibnu Al Qayyim mengklasifikasikan ibadah dalam 3 (tiga) bahagian, yaitu :

1. Amalan Hati, seperti : Tawakkal kepada Allah SWT., mahabatullah, tawadhu`, khusyû`, niat ikhlash, raja` dan lain sebagainya.

2.Amalan Lisan, seperti : Mengucapkan dua kalimat syahadatain, tasbîh, istighfar, bersumpah atas nama Allah SWT. , berdo`a dan lain sebagainya.

3. Amalan Anggota Badan, seperti : Shalat, puasa, jihad, menuntut ilmu, berdagang, berladang, dan lain sebagainya.

Amalan yang paling afdhal di antara 3 (tiga) jenis amalan tersebut adalah amalan hati yang dilakukan oleh hati manusia beriman. Ada beberapa alasan asasi (dasar) yang menjadi dasar dari keutamaan ini:

1. Amalan hati merupakan penentu sah atau tidaknya suatu amalan
Sesungguhnya amalan lahiriyah yang dilakukan oleh lisan dan anggota tubuh lainnya tidak akan diterima oleh Allah SWT., selama tidak disertai dengan amalan hati (niat) yang merupakan dasar bagi diterimanya suatu amal lahiriah. Sabda Rasûlullah SAW:

"Sesungguhnya seluruh amalan harus disertai dengan niat." (Muttafaqun `Alaihi dari Umar bin al-Khaththab ra.)

Karena itu suatu amal atau pekerjaan atau aktiviti(apapun bentuknya) sangat bergantung dan terkait dengan niatnya. Suatu amal tanpa disertai dengan suatu niat yang benar, seperti halnya badan tanpa ruh atau seperti pohon tanpa buah, tidak berfungsi, dan tidak menguntungkan sedikitpun.

Hatilah yang dinilai oleh Allah SWT, karena bila bersih niatnya, maka Allah SWT. akan menerima amalannya dan apabila kotor hatinya (niatnya tidak benar atau berbau syirik atau tidak ikhlash), maka dengan sendirinya amal tersebut akan ditolak, sabda Rasûlullah SAW:

"Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada bentuk tubuh dan rupamu, tetapi Dia melihat kepada hatimu sambil Beliau mengarahkan jari-jariNya ke dadanya" (H.R. Muslim dari Abû Hurairah ra ).

2. Hati merupakan cerminan hakikat pemiliknya
Dalam shahîh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabî SAW bersabda:

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." (Muttafaqun `Alaihi, dari Nu`man bin Basyîr).

Untuk lebih memperjelas pemahaman hadîts di atas marilah kita mengingat kembali firman Allah SWT yang termuat dalam surat Asy-Syams, ayat 8 - 10 :

"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, (QS. 91:8) sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."

Dalam hati manusia terdapat dua jenis "bibit penentu", yang satu kita sebut saja sebagai "bibit kebaikan" yang merangsang dan mendorong manusia untuk melakukan amal kebaikan atau perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT., sedang yang lainnya kita sebut dengan "bibit kejahatan" yang merangsang manusia untuk melakukan melakukan perbuatan fahsya (keji) atau kemungkaran kepada Allah SWT.

Al-Fujûr merupakan "benih kejahatan" yang dengan istilah lainnya dikenal sebagai nafsu syahwat syaithaniyah yang senantiasa membisiki dan menghembusi manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tercela lagi berdosa yang akan mengantarkannya ke jalan kefasikan dan berhilir di neraka. Sedang at-Taqwa merupakan "benih kebaikan" yang senantiasa memotifasi dan memobilisasi manusia untuk melakukan amal kebajikan dan pekerjaan yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pada hati manusia terdapat 2 (dua) kekuatan yaitu kekuatan "Fujur" dan "Taqwa" (sebagaimana yang dipaparkan dalam surat Asy-Syams di atas) yang selalu bertempur untuk saling mengalahkan satu dengan yang lainnya sehingga salah satu dari keduanya menjadi pemenang atau lebih mempunyai pengaruh dalam menentukan perilaku kehidupan "tuannya".

Apabila setiap rangsangan "benih kebaikan (At-Taqwa)" ini yang timbul dalam diri manusia selalu direspon dalam bentuk amal shalih secara benar dan kontinue (berkesinambungan) maka dengan sendirinya "benih kebaikan" akan semakin berkembang dan akan mendominasi atau mengusai hati "tuannya".

Sehingga idea, pola fikir, keperibadian dan seluruh anggota tubuhnya akan menjadi baik karena mengikuti arahan2 yang datang dari hati yang dipenuhi dengan "benih kebaikan". Maka jadilah "tuannya" ini termasuk orang-orang beruntung yang mampu membersihkan jiwanya dari nafsu syahwat syaithaniyah karena ia hanya mau merespon bisikan dan panggilan kebaikan (taqwa) saja. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. 91:9)

Dan sebaliknya bagi manusia yang lebih sering merespon tuntutan nafsu syahwat syaithaniyahnya maka tindakan tercela lagi berdosa itu dengan otomatik memberikan ruang dan mempercepat pertumbuhan serta peluasan "benih-benih kejahatan (fujûr)" sehingga benih ini akan mendominasi hatinya. Dari Abû Hurairah ra bahwa Rasûlullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya orang mukmin, ketika ia berbuat dosa maka (saat itu juga) akan menempel titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan mencabut (dirinya dari perbuatan dosa tersebut) dan memohon ampunan maka hatinya (kembali) bersih, jika ia menambahinya (dengan perbuatan dosa lagi) maka titik hitam itu bertambah pula di dalam hatinya.

Selanjutnya itulah "ran" yang disebutkan dalam firman Allah SWT:

"(Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka)."

Hadits hasan, dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam "Kitab Az-Zuhd, bab Dzikru Adz-Dzunûb.

Pada saat hati manusia dikuasai oleh "benih-benih kejahatan (fujûr)" maka ide, pola fikir, keperibadian dan seluruh anggota tubuhnya akan menjadi buruk karena mengikuti instruksi-instruksi yang datang dari hati yang dipenuhi dengan "benih kejahatan", sehingga jadilah ia termasuk orang-orang yang merugi karena ia telah mengotori dan mencemari jiwanya dengan selalu menuruti nafsu syahwat syaithani,

sebagaimana firman Allah SWT

"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:10)."

Dalam kitab Minhajul Qashidîn dikatakan:

Bahwa sesuatu yang paling berharga, paling bernilai dan paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Sedang anggota tubuh hanya sekedar mengikuti dan menjadi pelayan hati, sebagaimana seorang tuan yang memerintahkan hamba sahayanya sebagai pelayannya.



p/s: mari sama-sama menjaga hati daripada dikotori dengan titik hitam. :)

.:: Tiada Hari Tanpa Belajar ::.

سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِاارَّحِيم


Assalamualaikum w.b.t.


Malam sudah lama melabuhkan tirai. Tidak lama lagi muncul la pagi. Tetapi ana masih belum dapat melelapkan mata. Walhal sepatutnya pada malam hari lah ana kena berehat setelah berpenat lelah di siang hari (berpenat lelah la sangaaaaattttt :D).
Okei . Sekarang ana nak cakap pasal MENUNTUT ILMU.  Ada dalam satu hadis iaitu,


“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)


Hadis ini menerangkan kepada sesiapa yang berusaha untuk menuntut ilmu, Allah s.w.t akan permudahkan segala halnya di dunia. Jadi ana dan kawan-kawan diwajibkan untuk menuntut ilmu sekalipun ke negeri China. (lebih kurang macam tu laa :D). 


Tetapi apa yang dialami ana ialah masalah STUDY ataupun masalah susah nak faham. Final dah nak dekat tetapi ana masih lagi tidak dapat nak memahami betul-betul subjek yang di ambil. Ana cuba berusaha tetapi makin banyak ana study, makin banyak ana tidak tahu.  Kawan-kawan yang cantik lagi segak, cadangkan apa yang perlu ana buat?? 




p/s: sangat-sangat memerlukan bantuan. Semoga Allah memberkati hidup kita semua. ameen. :)











.:: Akhlak Malu Pelengkap Kesempurnaan ::.

سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِاارَّحِيم


Assalamualaikum w.b.t.


"yaallah ya tuhanku..aku hambamu yang kerdil di sisi mu..
aku malu kepadaMU yaallah..
engkau mantapkan lah iman ku untuk memantapkan iman dan ketaqwaan ku kepada mu yaalllah..."



Sungguh beruntung orang-orang yang memiliki rasa malu. Islam telah memberikan tempat yang mulia bagi perasaan malu. Semaklah beberapa hadits berikut:

Salim bin Abdullah dari ayahnya, mengatakan bahwa Rasulullah saw lewat pada seorang Anshar yang sedang memberi nasihat (dalam riwayat lain: menyalahkan) saudaranya perihal malu. (Ia berkata, "Sesungguhnya engkau selalu merasa malu", seakan-akan ia berkata, "Sesungguhnya malu itu membahayakanmu.") Lalu, Rasulullah saw. bersabda, "Biarkan dia, karena malu itu sebagian dari iman." (Shahih Bukhari)

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Iman itu ada enam puluh lebih cabangnya, dan malu adalah salah satu cabang iman.” (Shahih Bukhari)

*Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dengan lafal Sab'uuna 'tujuh puluh', dan inilah yang kuat menurut pendapat saya, mengikuti pendapat Al-Qadhi Iyadh dan lainnya, sebagaimana telah saya jelaskan dalam Silsilatul Ahaditsish Shahihah (Muhammad Nashiruddin Al-Albani, -red)

Luar biasa kan, bahwasanya rasa malu itu bahkan di masukkan ke dalam salah satu bagian dari keimanan.

Dan yang lebih luar biasa lagi adalah bahwasanya Rasulullah saw, sang teladan terbaik umat manusia, juga memberikan keteladanan dalam urusan rasa malu.

Nabi Saw lebih malu daripada seorang gadis dalam pingitannya. (HR Bukhari)

Hmmm.., lalu apakah rasa rasa malu yang kita miliki bisa menghambat kita dari pengembangan diri, dari tampil di muka umum, dari memberikan koreksi terhadap orang lain, atau dari kebaikan-kebaikan yang harus dilakukan dengan kepercayaan diri (PD), dan terkadang kita masih belum terlalu PD atau masih suka sering salah, seperti misalnya, berbicara di forum formal, forum massal, atau aktivitas yang terlihat orang???



Sesungguhnya bukan itu rasa malu yang sedang kita bicarakan. Rasa malu yang sedang kita bicarakan adalah perasaan malu untuk berbuat kemaksiatan, perasaan malu terhadap Allah, dan perasaan malu kalau tidak berbuat kebaikan. Nah, itulah rasa malu yang sebenarnya.

Kalau dalam konteks rasa malu untuk tampil di depan umum, belum percaya diri, grogi, takut salah, dll, maka mungkin itu lebih tepat digolongkan ke dalam rasa minder.

Kerana sesungguhnya rasa malu itu punya tempat, dan rasa malu yang baik itu pasti kan membawa kebaikan bagi pemiliknya.

Hadis riwayat Imran bin Husaini ra., ia berkata: Nabi saw. pernah bersabda: Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan. (Shahih Muslim)

Jadi, jangan pernah malu jika mau berkembang, belajar, ataupun bertanya, meskipun untuk hal-hal yang terdengar sepertinya “tabu” jika harus diungkapkan di forum umum.

Semak kesaksian ibunda kaum muslimin ketika berbicara mengenai keutamaan wanita-wanita Anshar, yang menyatakan bahwa (kurang lebih), sebaik-baiknya wanita adalah wanita Anshar, rasa malu yang mereka miliki tidak menghalangi mereka dari memperdalam agama.

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. tentang cara wanita mandi wajib dari haid? Perawi hadis berkata: Kemudian Aisyah menjelaskan bahwa beliau mengajarkannya cara mandi. (Di antara sabda beliau): Engkau ambil kapas yang diberi misik, lalu bersihkan dengan kapas itu. Wanita itu berkata: Bagaimana cara membersihkannya? Beliau bersabda: Maha suci Allah! Bersihkan saja dengan kapas itu. Dan beliau bersembunyi. (Sufyan bin Uyainah memberi isyarat tangan kepada kami pada wajahnya). Perawi hadis melanjutkan: Aisyah berkata: Aku tarik wanita itu mendekati aku. Aku tahu apa yang diinginkan Nabi saw, lalu aku berkata kepadanya: Bersihkan bekas darah haidmu dengan kapas itu. (Shahih Muslim)

Semak pula pertanyaan seorang muslimah yang sedang bertanya mengenai hal (sangat mungkin) berasal dari pengalaman pribadinya.

Hadis riwayat Ummu Salamah ra., ia berkata: Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi jika bermimpi? Rasulullah saw. bersabda: Ya, apabila ia melihat air (mani). Ummu Sulaim berkata lagi: Wahai Rasulullah, apakah wanita juga bermimpi? Beliau bersabda: Beruntunglah engkau. (Kalau tidak demikian), dari mana anaknya mirip dengannya. (Shahih Muslim)

Imam Ali ra pun memiliki rasa malu, namun rasa malunya tidak menghalanginya dari mencari kejelasan dalam urusan agamanya, lihatlah bagaimana ia dengan cermat mengambil solusi tuk mengatasi rasa malunya.

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata: Aku adalah lelaki yang sering keluar mazi dan aku malu bertanya kepada Nabi saw., karena posisi putri beliau. Lalu aku menyuruh Miqdad bin Aswad. Miqdad lalu menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda: Hendaknya ia membasuh kemaluannya lalu berwudu. (Shahih Muslim)


Jadi, intinya, milikilah rasa malu, karena rasa malu itu memiliki keutamaan yang tinggi dalam Islam, sehingga akhirnya rasa malu itu bisa menghalangi kita dari berbuat dosa maupun kemaksiatan. Namun, tempatkan rasa malu itu pada koridornya yang benar, untuk beberapa hal, menjadi seorang yang pemalu itu tidak tepat, contohnya ketika ingin menuntut ilmu, ataupun ketika kita akan berbuat kebaikan, karena sesungguhnya rasa malu itu membawa kebaikan.
Wallahu ‘alam







p/s: malu itu penting dalam membentuk keperibadian seseorang
       sifat malu itu adalah sebahagian daripada iman...

isu di atas kenapa kita yang Islam dari azali tidak sehebat saudara baru kita?
kita mengambil mudah dalam mengerjakan ibadah yang telah kita praktik sejak kecil...
kita berfahaman yang kita lebih pandai daripada mereka yang baru memeluk ISLAM
benar kefahaman kita lebih arif daripada mereka tetapi hakikatnya...
keimanan mereka lebih hebat daripada kita...
bila mereka tidak faham. Mereka merujuk dan bertanya yang lebih faqih
dengan cara itu mereka menambahkan kefahaman mereka dan mereka berusaha dengan beramal dengan sebaik-baiknya...
kerana mereka tahu hidayah itu hanya hamba yang terpilih sahaja 
mereka juga takut iman mereka luntur. Oleh itu kerana imanlah menyebabkan amalan mereka lebih hebat daripada kita...





"Ingatlah hari di mana Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan.itulah 
hari dinampakkan kesalahan kesalahan.Dan barang siapa yang beriman kepada
Allah dan beramal soleh,nescaya Allah akan menutupi kesalahan kesalahannya
dan memasukinya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai sungai
Mereka kekal di dalamnya,itulah keberuntungan yang besar."
At Taghabun:9


Allah maha melihat ! :)

Sunday 27 November 2011

.:: Salam Maal Hijrah ::.


Beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari semalam, rugilah orang yang sama keadaannya hari ini dengan semalam dan celaka lah orang yang hari ini lebih teruk dari semalam.

apakah hijrah kita untuk tahun ini??menjadi lebih baik,sama sahaja atau lebih teruk dari sebelumnya??



Muhasabah laa diri anda...

.:: Ku berubah kerana Allah s.w.t, bukan kerana Manusia ::.

Assalamualaikumwarahmatullah.....
saat ini, hatiku terfikirkan sesuatu yang selama ni tak pernah ku terfikir.
hurm.. perlukah aku luahkan disini??
tp xpe. sekadar perkongsian bersama.




Diri ini rindukan perubahan...
Aku cuba untuk lakukan yang terbaik
Tapi, aku masih belum puas dengan apa yang aku lakukan..
Hmm.. kadang2 rasa macam, diriku inilah yang paling hina disisi Allah...
Aku tak ingin merebut perhatian manusia..
Aku tak ingin diperhatikan oleh manusia..
Cukuplah hanya Allah tempat untuk aku menarik perhatian..
Kerana, sekiranya aku hanya inginkan perhatian manusia , apa yang akan aku dapat?
kekayaan? pujian ? kedudukan ? semuanya kepentingan dunia..
aku tak mahu semua itu..
sekiranya Allah tujuan hidupku,
sekiranya Allah matlamatku,
sekiranya Allah segalanya bagiku,
insyaAllah, hidupku sentiasa dalam keredaanNya..
itulah yang aku mahukan dalam hidupku..
tapi......
sekiranya semuanya itu tidak......
nauzubillah min zalik...

“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan pengawal urusanku. Perbaikilah duniaku yang merupakan tempat hidupku. Perbaikilah akhiratku yang merupakan tempatku kembali & jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan dalam setiap kebaikan. Serta jadikanlah kematian sebagai istirehat bagiku daripada segala kejahatan”
insyaAllah,, moga2 , perubahan2 yang Allah berikan kepada kita dalam kehidupan ini hanyalah kehidupan ke arah kebaikan semata-mata.


Kuatlah duhai iman,
Bermujahadahlah dalam setiap perkara..
Allah tahu apa yang kau cuba lakukan...
Allah tahu niat hamba2nya..
Ku cuba untuk berdakwah kepada orang lain,
Ku cuba untuk menegur rakan2 ku..
Tapi , aku mencari jalan yang terbaik untuk menegur mereka..
Agar mereka menerima teguran ku dengan baik..
Agar mereka tidak tersinggung..
Agar mereka memahami erti sebenar kehidupan..
Tapi....
Dulu, aku pernah tegur salah seorang rakanku,,
Pada mulanya dia boleh menerima teguran ku..
Aku nampak perubahan yang dia lakukan..
Tapi,semuanya itu hanyalah sementara..
insyaAllah, ku berharap moga pada suatu hari nanti dirinya berubah..
Diriku..
diriku pun apa kurangnya..
banyak kelemahan..
pernah sekali, ketika diriku down,
aku sendiri tak dapat mengawal diriku
 aku mengajuk dengan diriku sendiri
aku tak mampu bertahan..
saat itu,aku jumpa satu ‘pemujuk’ yang berdamping denganku
Sudah lama ‘pemujuk’ itu sudah wujud di dalam diri manusia
Itulah dia satu makhluk bernama tangisan
Aku pernah terbaca dalam satu blog ,
Cuma aku olahkan sedikit maksudnya bersesuaian dengan apa yang ku ingin sampaikan
Hakikatnya, menangis itu sendiri satu pujukan untuk diri.
Kita lepaskan bebanan itu dalam bentuk air ibarat membuka empangan yang menahan air.
Tetapi jangan menangis seperti orang biasa.
Sepatutnya Kita orang beriman adalah manusia luar biasa.
Menangislah sambil berfikir.
Berfikir akan masalah yang sedang dihadapi,
ujian yang sedang ditanggungi.
Jika ada apa-apa masalah yang tersimpan di dalam hati,
keluarkan semuanya di dalam tangisan yang sedang mengalir.
Itulah yang ku lakukan..
Menangis bukan untuk menambahkan kelemahan,
Menangis adalah untuk melapangkan jiwa..
Ambil peluang saat kita menangis,
Untuk rasa kerdil dihapadapan Allah..
Air mata, itu adalah bukti kelemahan kita di hadapan Allah.
Moga-moga dengan terhapusnya ego kita,
Allah mendamaikan jiwa,
melapangkan hati,
dan memberikan kita ketenangan
dan jalan keluar kepada masalah kita.

“…kerana sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelum itu apabila dibacakan Al-Quran kepada mereka, mereka segera tunduk sujud (dalam keadaan hiba dan khusyuk); Serta mereka menegaskan (dalam sujudnya): Maha Suci Tuhan kami! Sesungguhnya janji Tuhan kami tetap terlaksana. Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran menambahkan mereka khusyuk.”  Surah Al-Israa’ ayat 107-109.

Selalunya, apabila kita hadapi masalah,
Kita akan cuba lari daripada menyelesaikannya..
Sepatutnya , Hadapi masalah. Jangan lari ! (peringatan buat diriku dan dirimu)
Justeru pujuklah diri. Kuatkan hati, teguhkan jiwa, tenangkan kalbu.

Saya terpaut dengan kata-kata yang ditulis di blog Hilal Asyraf =

Jangan lari dari masalah. Hadapinya. Langkahinya. Lari tidak menyelesaikan apa-apa.

Dan kemungkinan besar selepas kita bersemuka dengan ujian itu,
penyelesaiannya adalah apa yang selama ini kita hajat-hajatkan.
Mungkin selepas kita tabah menghadapinya,
kita akan bertemu dengan sesuatu yang kita harapkan.
Siapa tahu.

Tetapi yang saya tahu, Allah tidak akan menciptakan sesuatu itu dengan sia-sia.
Termasuklah ujian.

Mesti ada sesuatu yang Allah hendak berikan, Allah hendak ajarkan,
Allah hendak beritahu kepada kita dengan hadirnya ujian itu.

Hanya diri kita sendiri yang mampu untuk mengubah diri kita..
 fastabiq khairat ! 


p/s: semoga dapat manfaat. :)

.:: Salam Takruf ::.

Assalamualaikum...
salam takruf buat semua. :)
Alhamdulillah ana dapat jugak create blog ni..
semua nyer atas bantuan dari kak wani.
syukran jazillan.